Jakarta — Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyoroti masih tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Hal ini penting, mengingat jika harga BBM jenis ini diturunkan lagi dapat menekan inflasi, bahkan memicu deflasi.
Kepala BPS, Suryamin menegaskan, kebijakan penurunan harga BBM memang sangat efektif untuk menekan laju inflasi. Buktinya kebijakan penurunan harga BBM pada 5 Januari 2016 silam telah menekan inflasi Februari menjadi deflasi sebesar 0,09 persen.
“Untuk BBM jenis bensin di 82 kota IHK (indeks harga konsumen) mengalami penurunan rata-rata 0,96 persen. Hal ini berkontribusi pada deflasi sebesar 0,04 persen. Jadi kalau pemerintah menurunkan lagi akan lebih baik lagi angkanya,” tutur dia.
Menurut Suryamin, di saat harga minyak mentah dunia dan komoditas dunia lainnya yang masih rendah, maka kebijakan penurunan harga BBM premium oleh pemerintah masih besar kemungkinannya.
“Jika harga BBM turun, pemerinrah bisa mengintrol dan mengendalikan biaya angkutan umum dan transportasi, dan sektor lainnya,” terangnya.
Apalagi dengan penurunan BBM pun dapan menekan biaya produksi yang selama ini dikeluhkan kalangan dunia usaha masih tinggi. Implikasinya kepada harga barang-barang yang akan turun juga.
“Jadi sekarang perlu ada peran pemerintah dan juga swasta ikut andil alam pengendalian inflasi ini,” tandas dia.
Selain itu, penurunan harga listrik rumah tangga baik yang pra atau pasca bayar juga sangat berkontribusi pada laju inflasi. Pasalnya, untuk deflasi Februari ini kontribusi penurunan harga listrik sebesar 0,11 persen.
“Rata-rata penurunan kemarin sebesar 3,95 persen. Dan listrik ini menjadi penyumbang deflasi terbesar di atas bawang merah dan daging ayam ras,” pungkas Suryamin.
(www.aktual.com)